15 July 2013

Si Sombong dan 6 Galon Aqua


Kemarin (14/07/2013) adalah hari ke-6 puasa Ramadhan 1434 H bagiku. Sudah lebih dari 4 minggu aku, istriku dan anak-anakku tidak pulang ke rumah di Bogor. Selama ini kami menetap sementara di rumah orang tua istriku alias mertuaku di daerah Bekasi Barat agar lebih mudah mengerjakan berbagai urusan di Jakarta. Dan kemarin adalah hari di mana kami pulang ke Bogor.

Ada beberapa kegiatan lain yang kurencanakan bersamaan dengan perjalanan pulang ke Bogor. Begini daftar rencananya:
  1. Sekitar jam 15 berangkat dari rumah mertua menuju bandara Soekarno Hatta (Soetta) untuk menjemput ibuku dan 3 orang keponakanku yang baru pulang liburan dari Sanana, Kabupaten Kepulauan Sula.
  2. Sekitar jam 16 tiba di bandara Soetta dan berangkat ke rumah orang tuaku yang juga berlokasi di Bogor untuk mengantar ibu dan keponakanku.
  3. Sekitar jam 18 buka puasa bersama ibuku dan kakak-kakakku dan keluarga mereka di rumah orang tuaku.
  4. Sekitar jam 20 berangkat pulang ke rumahku dan sampai di rumah sekitar jam 20:30.
Sekitar jam 14 aku dan istriku bersiap-siap mengemas pakaian dan barang-barang. Saat kami bersiap-siap, mobil yang akan kami gunakan untuk perjalanan pulang masih digunakan oleh adik ipar perempuan dan ibu mertuaku untuk belanja berbagai barang dan bahan pokok kebutuhan rumah tangga di salah satu supermarket popular.

Sekitar jam 14:30 adik ipar dan ibu mertuaku pulang. Mobil diparkir di garasi, semua barang-barang hasil belanja dikeluarkan dari mobil, dibawa masuk ke rumah dan dirapihkan ke tempatnya masing-masing, kecuali 3 galon aqua berisi (1 galon yang kumaksud adalah 19 liter air mineral). 3 galon aqua berisi itu masih ada di dalam mobil.

Aku maklum galon-galon aqua berisi itu terlalu berat untuk dibawa adik iparku atau ibu mertuaku. Lebih lagi setahuku mereka puasa. Saat itu, hanya akulah laki-laki dewasa termuda setinggi 160 cm, seberat 65 kg yang berbadan sehat (jiwa mungkin juga) yang berada di rumah mertuaku yang pantas membawa masuk ke-3 galon aqua itu. Dan tentu saja itu harus aku lakukan karena mobil itu akan kami gunakan untuk perjalanan pulang ke Bogor dan tidak mungkin membawa 3 galon aqua itu ke Bogor karena itu diperlukan ibu mertuaku. Dan juga ruang di dalam mobil kami perlukan untuk menyimpan barang-barang yang akan ikut kami pulang. Jadi, aku lakukan. Kuangkat satu per satu galon-galon aqua berisi itu dari dalam mobil kemudian kumasukkan ke dalam rumah dan kusimpan di tempat biasa galon-galon aqua tersimpan.

"Ayo, Pap. Semangat.Istriku yang manis sambil membereskan kereta bayi di lapangan bermain dekat garasi tersenyum memberi semangat kepadaku yang beraktivitas berat melewati efek panas terik matahari Jakarta jam 14:45 (padahal 2 hari sebelumnya mendung dan hujan terus menerus sepanjang siang dan malam).

"Tenang, Mam. Papa sih ngangkat 3 galon lagi yang kayak gini masih kuat". Itu jawabku setengah bercanda dengan perasaan dan logat sombong pada istriku. Kalimat jawabanku di atas kucetak tebal untuk menunjukkan kepada anda bahwa itulah kalimat inti dari cerita setengah panjang ini.

3 galon selesai dibereskan. Barang-barang kami selesai kumasukkan ke dalam mobil. Namun, sebelum berpamitan dengan mertua dan adik iparku, kulihat botol minumku yang selalu ada di dalam mobil itu kosong. Terpikir olehku seandainya jalanan macet dan aku harus buka puasa selagi masih dalam perjalanan maka aku bisa minum air dari botol minumku jika botol itu terisi air. Dari pemikiranku yang jenius itu, akhirnya aku meminta bantuan istriku untuk mengisi botol minumku dengan air dari dispenser di dalam rumah mertuaku.

"Duhai adindaku, bidadariku, permata hatiku. Sudikah kiranya engkau membantu kakanda mengisi botol minuman ini? Karena hanya dengan meminum air yang dituangkan oleh tanganmu saja yang dapat menghilangkan dahaga raga dan jiwaku". Pintaku kepada istriku sambil menyodorkan botol minum.

"Duhai, kakanda. Dukamu adalah dukaku, bahagiamu adalah bahagiaku. Akan kutuangkan air ke dalam  botol minuman itu seiring curahan rasa cintaku kepadamu." Jawab istriku kepadaku sambil mengambil botol minum yang kusodorkan.

Sebetulnya jawaban istriku tidak seperti itu sih. Dia hanya mengerutkan kening dan bilang "Iya Pap, sini aku isikan botolnya" sambil mengambil botol yang aku sodorkan kemudian masuk ke dalam rumah. Aku melanjutkan memeriksa barang-barang di dalam mobil, memastikan semua tersusun rapi dan tidak ada barang yang tertinggal.

"Kakandaaaaa..." eh "Paaaaaap..." suara panggilan istriku kudengar dari dalam rumah mertuaku. "Iya, maaaam?" aku bertanya. "Botolnya belum bisa diisi, galonnya kosong" terang istriku.

Aku membatin "Ternyata urusan angkat galon ini belum selesai". Aku harus menangkat 1 galon aqua lainnya dari tempat penyimpanan menggantikan galon aqua di atas dispenser yang sudah kosong. Serius, bagiku mengangkat total 3 galon aqua dari garasi mobil ke dalam rumah di tengah udara panas saat puasa sudah membuatku berkeringat dan "ngos-ngosan". Dan sekarang aku harus mengangkat 1 galon lainnya lagi. Ini merupakan sebuah situasi dengan tantangan yang luar biasa. Tapi, aku sukses melewatinya. Botol minum terisi penuh, kami pamit dan memulai perjalanan ke bandara Soetta.

Sekitar jam 16, kami tiba di bandara. Kakakku ternyata datang juga ke bandara untuk menjemput Ibuku dan 3 keponakanku yang salah satunya adalah anaknya. Kemudian kami langsung berangkat beriringan menuju ke Bogor.

Sekitar jam 18, kami tiba di rumah orang tuaku. Kami segera minum dan makan berbuka puasa di ruang tamu. Makanan dan minuman yang kami makan sebagian dibeli saat perjalanan dari bandara ke rumah orang tuaku. "Paaappp, pengen minum air putih" tiba-tiba anak pertamaku, Mika (4) menyampaikan keinginannya kepadaku. "Ambil lah sendiri di dispenser di ruang makan. Mika kan udah besar" aku meminta Mika untuk belajar mandiri. "Tapi galonnya kosong" Mika menjelaskan kepadaku.

Aku membatin kembali "Ternyata urusan angkat galon ini masih berlanjut". Saat itu di rumah orang tuaku sebetulnya kakakku yang tinggi dan berat badannya lebih besar dari aku yang paling cocok mengganti galon aqua kosong. Tapi karena saat itu yang perlu minum segera adalah anakku sendiri, jadi ya kukerjakan sendiri juga angkat dan ganti galon aqua-nya. Lagi.

Sesuai rencanaku, sekitar jam 20 aku, istriku dan anak-anakku berangkat dari rumah orang tuaku untuk pulang ke rumah. Dan sesuai rencana pula sekitar jam 20:30 kami sampai di rumah. Setelah selesai kumenurunkan kembali semua barang-barang dari dalam mobil, istriku yang berinisiatif akan membuatkan susu hangat untukku menghampiriku dan berkata "Pap, galonnya kosong".

"Astagfirallahalajim" ujarku.

2 comments:

QED said...

haha lucu siapa tuh si sombongnya :)

Utian said...

ada deh. kasih tau ga ya? :D