18 May 2007

"Mengapa Linux ?" (Episode 1 Dari 3): "Jika Bukan Linux"

Saat kita terbiasa dan merasa nyaman menggunakan sesuatu, rasanya sulit sekali untuk meninggalkannya. Apalagi sesuatu itu tidak menunjukkan pengaruh buruk yang langsung kita sadari. Kita tetap saja senang menggunakannya sekalipun sesuatu itu tidak bermanfaat, menjadi parasit, atau akan mengakibatkan pengaruh buruk (bahkan bisa sangat buruk) bagi kita. Narkotika, saya kira kita setuju benda itu menjadi contoh sesuatu tadi. Atau menurut saya, rokok, bisa juga menjadi contoh lainnya. Anda bebas juga untuk mengambil contoh lainnya yang mungkin memang Anda alami sendiri.

Kebiasaan lain yang menurut saya serupa dengan contoh di atas adalah menggunakan sistem operasi dan/atau aplikasi berpemilik (proprietary). Saya akan coba jelaskan mengapa saya berpendapat begitu.

Misalkan saja kita memperoleh satu sistem operasi berpemilik dengan cara yang benar, yaitu membelinya pada distributor resmi yang ditunjuk oleh pembuat sistem operasi tersebut. Untuk membelinya, kita harus mengeluarkan uang yang biasanya, menurut ukuran kondisi ekonomi saya, tidak sedikit. Ya, ini adalah proses jual beli biasa. Pembuat sistem operasi menjual barangnya dan kita membelinya. Tapi bagaimana jika persediaan uang kita sedikit, sementara kebutuhan kita untuk makanan, kesehatan dan pendidikan tidak dapat dikesampingkan?

Baiklah, misalkan saja kita punya tabungan atau warisan yang banyak untuk membelinya sehingga uang tidak lagi menjadi masalah untuk mendapatkan sistem operasi tersebut. Kita akan pasang sistem operasi itu di komputer kita dan menjalankannya. Lalu, bagaimana jika terjadi error, bugs, atau masalah lain pada sistem operasi tersebut, sementara kita sudah membayar mahal untuk mendapatkannya? Tentu saja, kita akan melaporkan masalah tersebut kepada si pembuat lalu menunggu si pembuat memperbaikinya dan menambahkan perbaikannya pada sistem kita. Karena seperti kita ketahui, sistem operasi atau aplikasi berpemilik beserta kode sumber programnya hanya dimiliki si pembuat sehingga hanya si pembuat saja yang berhak membangun atau memperbaiki program tersebut. Perhatikan bahwa terdapat waktu jeda dari saat kita mendapatkan masalah sampai dengan masalah terselesaikan, yaitu waktu bagi si pembuat untuk memperbaiki masalah, karena hanya dialah yang berhak memperbaiki masalahnya.

Sebut saja waktu menunggu tidak masalah juga buat kita karena kita sudah setia kepada si pembuat sistem operasi. Tapi bagaimana jika si pembuat sistem operasi tidak setia kepada kita? Di situs resmi atau di mailing listnya si pembuat mengumumkan bahwa dukungan perbaikan masalah pada sistem operasi yang kita gunakan dihentikan. Si pembuat juga memberi saran agar kita berpindah ke sistem operasi versi terbaru yang dikeluarkannya untuk mendapatkan teknologi terbaru dan dukungan perbaikan masalah yang baru. Bagaimana jika semua itu terjadi (dan biasanya memang terjadi), sementara kita sudah terbiasa dengan sistem operasi yang kita gunakan? Ya, kita bisa mendapatkan sistem operasi versi terbaru yang dikeluarkan si pembuat dengan tampilan yang lebih manis dan prosedur penggunaan yang hampir sama. Untuk itu, tentu saja kita harus mengeluarkan uang yang biasanya lebih banyak dari sebelumnya, kadang ditambah lagi kebutuhan perangkat keras yang lebih tinggi dibandingkan spesifikasi yang sudah ada. Jika kita mengikuti si pembuat, saya menyebut kita telah mengalami ketergantungan. Dan ini bisa terjadi berulang-ulang dan terus menerus.