31 January 2008

"Mengapa Linux?" (Episode 3 Dari 3): "Linux untuk Umat Manusia"

Saya kira sangat betul jika Ubuntu, salah satu distribusi Linux, menggunakan slogan "Linux untuk Umat Manusia" pada semua media informasi distribusinya karena menurut saya memang sistem operasi ini adalah sistem operasi yang penerapannya sangat sesuai dengan fitrah manusia.

Manusia selalu ingin mencoba menggunakan sesuatu termasuk suatu karya Teknologi Informasi (TI), dan Linux merupakan karya TI istimewa yang dapat digunakan oleh manusia, siapapun, di manapun, dan untuk tujuan apapun tanpa syarat apapun. Ini berarti bahwa Linux dapat digunakan oleh orang miskin atau kaya, pemula atau ahli, laki-laki atau perempuan, karyawan atau pimpinan, murid atau guru, anak atau orang tua, yang berada di kota atau di desa, di rumah, di sekolah atau di perusahaan, di negara berkembang atau negara maju, untuk kepentingan pekerjaan, pendidikan, permainan, penelitian dan sebagainya. Hal ini dimungkinkan karena lisensi Linux membolehkan siapapun untuk menggunakan tanpa harus meminta izin kepada pembuatnya, tidak seperti perangkat lunak proprietary yang mengharuskan pengguna mendapat izin terlebih dahulu sebelum menggunakan yang biasanya izin tersebut berupa pembelian secara resmi pada distributor atau toko tertentu.

Manusia juga selalu ingin tahu dan mempelajari sesuatu termasuk bagaimana sebuah produk TI bekerja. Sistem operasi Linux sendiri sangat mungkin untuk dipelajari karena "kode sumber" (source code) yang membentuk sistem tersebut tersedia untuk dipelajari oleh siapapun. Kita semua tahu bahwa pada perangkat lunak proprietary kode sumber program hanya diketahui dan dimiliki oleh pembuatnya dan tidak ada yang dapat mengetahuinya tanpa "izin" dari pembuatnya.

Kecuali bagi yang kikir, kenikmatan berbagi kepada sesama sangat diinginkan oleh semua manusia. Lisensi sistem operasi Linux membebaskan kita untuk menyebarluaskan sistem operasi tersebut kepada siapapun yang kita inginkan. Hal tersebut tidak mungkin dilakukan pada perangkat lunak proprietary. Saat kita memiliki satu copy perangkat lunak proprietary yang kita beli secara resmi sekalipun, kita tetap tidak diizinkan untuk menggandakan dan menyebarluaskannya kepada siapapun. Karena hanya pembuatnya saja yang berhak menggandakan dan menyebarluaskan perangkat lunak tersebut.

Tidak semua perangkat lunak dibuat sesuai dengan kebutuhan kita dan tidak semua perangkat lunak pula kinerjanya sesuai dengan yang kita harapkan terlebih pada kebutuhan yang lebih spesifik. Namun, pada sistem operasi Linux, jika kita mampu dan mau, kita dapat melakukan modifikasi sistem operasi tersebut dari kode sumber yang tersedia. Sehingga pada akhirnya, sistem operasi tersebut memiliki kinerja lebih baik dan dapat sesuai dengan kebutuhan dan harapan kita yang lebih spesifik. Lagi-lagi, hal ini tidak dapat dilakukan pada perangkat lunak proprietary sekalipun kita memiliki kemampuan untuk melakukannya.

Kebebasan di atas berakibat juga pada kemungkinan kita memperoleh sistem opeasi Linux dengan berbagai cara seperti beli di toko linux, copy dari teman, download dengan harga yang jauh lebih murah, bahkan bisa gratis, dibanding perangkat lunak proprietary yang biasanya cukup mahal. Selain itu, masih banyak lagi keunggulan sistem operasi Linux secara teknis. Beberapa di antaranya adalah bebas virus dan spyware, jumlah aplikasi yang banyak, eye candy, keamanan yang lebih baik dan masih banyak kelebihan lainnya.

Dengan kenyataan seperti itu, bagi Indonesia terutama, tentu saja Linux dapat menjadi solusi utama yang cerdas, tangguh dan efisien bagi penerapan perangkat lunak di rumah, sekolah atau perusahaan.
Gunakan Linux. Selamat menikmat Linux. Merdeka!!